12.04.2006

Maria Eva, Akhirnya...

Inilah pengakuan yang mengguncang jagat politik nasional di pengujung tahun 2006. Maria Eva, artis dangdut yang sebenarnya tidak begitu populer, akhirnya buka suara. Ia mengaku sebagai perempuan yang ada dalam adegan video mesum yang melibatkan Yahya Zaini, anggota DPR dari Partai Golkar.

Maria Eva mengaku dia sebagai pacar Yahya Zaini. Hubungan keduanya sudah cukup jauh, bahkan Maria Eva pernah mengandung anak sebagai benih cintanya dengan Yahya. Namun, jabang bayi dalam kandungan itu akhirnya digugurkan Maria Eva, atas suruhan istri Yahya. Pengakuan yang amat luar biasa....

Kalau Maria Eva sudah buka suara, bagaimana halnya dengan Yahya Zaini? Amat susah orang satu ini kini dicari. Dia bagaikan raib ditelan bumi. Beberapa orang nara sumber saya di Golkar yang cukup dekat dengan Yahya, pun tidak tahu di mana Yahya berada. Entah benar atau tidak pengakuan ini. Soalnya, ada kecurigaan, Partai Golkar sengaja menyembunyikan Yahya. Partai berlambang pohon beringin ini agaknya tak mau skandal yang melibatkan salah satu kadernya ini terus bergulir, lantas menghantam mereka.

Bolehlah Jusuf Kalla membentuk tim yang diketuai Agung Laksono, guna mengusut skandal ini. Bahkan, kabarnya, tim pengusut akan menyidang Yahya malam ini, di sebuah tempat. Namun, dengarlah sebuah pernyataan dari Yuddy Chrisnandi, salah seorang aktivis Partai Golkar. Yuddy minta agar perlakuan terhadap Yahya tidak overpunishment. Weleh...weleh.. Bukankah ini sebagai sebuah pertanda itikad perlindungan yang coba diberikan kepada Yahya.

Pertanyaan berikut: apakah skandal memang bisa bergulir dan menghantam Golkar? Boleh jadi iya. Ini sebagai sebuah titik masuk untuk melihat lebih jauh seperti apa sebenarnya Partai Golkar. Saya kok yakin, kalau perselingkuhan mesum seperti yang dilakukan Yahya, sebenarnya juga dilakukan oleh banyak tokoh politik lain. Ada sebuah rumors yang menyebutkan, kalau ada acara partai atau acara MPR 2-3 tahun lalu, banyak artis, model, atau perempuan cantik yang beredar di hotel tempat para politisi menginap. Atau, sesekali tengoklah gedung DPR di Senayan. Perempuan licin juga sering berseliweran.

Jadi, kini marilah kita menggugat urusan moral para politisi. Sah-sah saja kalau ada orang yang bilang skandal ini kan wilayah pribadi. Tidak ada sangkut pautnya dengan karir dan kebijakan politik. Tapi, inilah yang sepatutnya bisa kita gugat. Kalau urusan moral saja sudah tidak bisa dipercaya lagi, bagaimana kita bisa menyerahkan urusan publik kepada wakil rakyat kita di DPR?

No comments: